Dalam permainan bola basket, akurasi tembakan seringkali menjadi penentu kemenangan. Namun, di bawah tekanan tinggi, bahkan penembak terbaik pun bisa goyah. Fenomena inilah yang dikenal sebagai mental shooting, yaitu bagaimana kondisi psikologis dan tekanan pertandingan secara signifikan memengaruhi akurasi tembakan seorang pemain. Memahami mengapa tekanan bekerja demikian pada kita adalah langkah pertama untuk mengatasi dan meningkatkan performa tembakan di momen krusial.
Tekanan dapat memicu respons “lawan atau lari” dalam tubuh, menyebabkan peningkatan detak jantung, ketegangan otot, dan keringat berlebih. Dalam konteks mental shooting, ketegangan otot, terutama di lengan dan bahu, dapat mengganggu mekanik shooting yang presisi. Gerakan yang seharusnya mulus dan terkoordinasi menjadi kaku, sehingga mengacaukan follow-through dan release bola. Selain itu, peningkatan detak jantung dan kecemasan dapat mempersempit fokus, membuat pemain terlalu terpaku pada rim dan mengabaikan keseimbangan tubuh secara keseluruhan. Hal ini sering terjadi pada tembakan bebas di menit-menit akhir pertandingan.
Salah satu penyebab utama mental shooting yang buruk adalah overthinking. Pemain mulai terlalu memikirkan setiap detail gerakan tembakan mereka, alih-alih membiarkan otot bekerja secara instingtif yang sudah terlatih. Pikiran seperti “Bagaimana jika meleset?” atau “Ini tembakan penentu!” dapat menciptakan blokir mental yang mengganggu konsentrasi dan alur alami tembakan. Pada pertandingan final turnamen basket antar universitas pada 21 Mei 2025 di GOR UNY, Yogyakarta, seorang pemain kunci gagal melakukan tembakan bebas krusial karena terlihat terlalu banyak berpikir dan tegang, meskipun dia dikenal sebagai penembak jitu.
Untuk mengatasi efek negatif mental shooting, latihan psikologis sama pentingnya dengan latihan fisik. Visualisasi adalah teknik yang sangat efektif; bayangkan bola masuk ke keranjang dengan sempurna berulang kali. Latihan mindfulness atau pernapasan dalam juga dapat membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi ketegangan. Selain itu, menciptakan rutinitas tembakan bebas yang konsisten, baik dalam latihan maupun pertandingan, dapat membangun kepercayaan diri dan meminimalkan gangguan mental. Semakin banyak tembakan yang berhasil Anda lakukan dalam situasi latihan yang menyerupai pertandingan, semakin besar pula kepercayaan diri Anda saat tekanan sesungguhnya datang.
Pada akhirnya, mental shooting adalah keterampilan yang dapat diasah. Dengan kombinasi latihan fisik yang tepat, strategi mental yang kuat, dan pengalaman di bawah tekanan, pemain dapat belajar mengelola kecemasan dan menjaga akurasi tembakan mereka tetap tinggi, bahkan di momen-momen paling menentukan.